*Gelar Webinar Mengatasi Krisis Polusi Plastik serta Perlindungan untuk Wanita dan Anak
Dalam upaya mengatasi masalah polusi plastik yang semakin mendesak, CORE STEP telah mengadakan Knowledge Sharing Session yang berfokus pada dampak krisis ini terhadap wanita dan anak-anak. Acara yang diadakan secara daring pada 22 April 2024 itu, mengusung judul: Fighting the Plastic Tide: Protecting Women and Children from the Plastic Pollution Crisis.
CORE STEP merupakan proyek kerjasama riset antara Universitas Syiah Kuala (USK) yang di-lead oleh Dr. Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si dan Griffith University yang di-ilead oleh Dr. Connie Cai Ru Gan. Proyek riset yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui KONEKSI ini juga melibatkan beberapa mitra lainnya, seperti Kementerian Kesehatan, ICLEI, CARI Bencana, Universitas Mataram, Universitas Pattimura dan Yayasan LAPPAN.
Dengan menghadirkan dua pembicara, yaitu dr. Anas Ma’ruf, MKM, Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, dan Tri Mumpuni, Dewan Pengarah BRIN, sharing session ini membahas berbagai aspek krisis polusi plastik dan bagaimana hal itu secara khusus mempengaruhi kesehatan dan keselamatan wanita dan anak-anak.
“Polusi plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik yang serius, terutama bagi wanita dan anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan,” kata Tri.
“Perempuan dapat dikatakan sebagai garda terdepan penjaga kesehatan keluarga, yaitu anak dan suami, juga termasuk lingkungan, karena lingkungan itu merupakan dampak paling akhir tapi yang paling penting di sini,” tambahnya.
Sampah dengan bahan plastik merupakan materi yang paling sulit untuk terdekomposisi kembali. Sebanyak 60% sampah plastik berakhir di tempat pembuangan dan menjadi pencemaran yang luar biasa.
“Sampah plastik yang dibuang di landfield dan lingkungan menempati proporsi yang paling besar jika digabungkan sekitar 72% dari total produksi plastik. 14% diantaranya diproses dan sisanya tidak didaur ulang, 40% nya masuk ke landfield kemudian 32% dibuang ke lingkungan laut dan sebagainya,” jelas
Anas.
Sharing session yang dipandu oleh Site Coordinator CORE STEP Project ini, dr. Hendra Kurniawan, M. Sc., Sp. P(K), turut membahas solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk polusi plastik. Inisiatif-inisiatif seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, peningkatan fasilitas daur ulang, dan penerapan teknologi ramah lingkungan menjadi beberapa topik utama yang dibahas.
Kementerian Kesehatan juga melakukan sosialisasi bagaimana membudayakan masyarakat melalui perubahan perilaku dalam mengelola sampah dan lain-lain. Kemudian menggunakan sarana-sarana yang aman untuk menyimpan makanan dan minuman, selain itu perlu didukung oleh kebijakan yang sifatnya konsisten.
Kementerian kesehatan sangat mendukung bagaimana peran perilaku masyarakat agar aman dari pencemaran dari plastik. Acara ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang isu kritis ini, tetapi juga menempa jalur bagi tindakan kolektif yang bisa membawa perubahan nyata dalam melindungi lingkungan serta kesehatan dan keselamatan wanita dan anak-anak di seluruh dunia.