USK – Griffith University Bahas Peran Kunci Puskesmas

Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap krisis kesehatan di Indonesia, CORE STEP sukses menyelenggarakan sebuah sesi berbagi pengetahuan bertajuk Navigating Health Crises in Indonesia: The Impact and Influence of PUSKESMAS. Knowledge Sharing tersebut diadakan secara virtual melalui Zoom, Rabu, 27 Maret 2024.

Acara ini menarik perhatian dan partisipasi aktif dari staf Puskesmas yang berasal dari berbagai Puskesmas yang menjadi bagian dari pilot project CORE STEP di tiga kota utama: Banda Aceh, Mataram, dan Ambon.

Pembicara pada acara tersebut, Dr. Rian Diana dari Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga dan dr. Ina Agustina Isturini, MKM dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai strategi dan dampak Puskesmas dalam menavigasi krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia.

Diskusi ini dimoderatori oleh Dr. Hendra Kurniawan dan dihadiri oleh tokoh penting dalam riset Core-Step, termasuk Dr. Rina Suryani Oktari dari Universitas Syiah Kuala dan Dr. Connie Cai Ru Gan dari Griffith University, yang keduanya berkontribusi sebagai ketua dalam penelitian dan pengembangan project Core Step.

Kegiatan ini adalah bagian dari penelitian Core Step yang merupakan penelitian kerjasama antara USK dan Griffith University dan didanai oleh Hibah KONEKSI AUSTRALIA. Proyek penelitian ini berjudul lengkap “CORE STEP: Solusi Berbasis Pengetahuan yang Inovatif untuk Sistem Layanan Kesehatan Primer yang Inklusif dan Siap menghadapi Perubahan Iklim”.

Proyek ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai institusi dan organisasi seperti Kementerian Kesehatan, ICLEI Indonesia, CARI! Universitas Pattimura, Universitas Mataram, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh-Ambon-Mataram serta puskesmas yang menjadi pilot untuk projek ini. Kolaborasi lintas negara dan pulau ini menunjukkan komitmen bersama dalam menghadapi tantangan kesehatan masa kini dan mendatang.

Sesi berbagi pengetahuan ini tidak hanya berhasil menyediakan platform untuk diskusi dan pertukaran gagasan tentang peran vital Puskesmas dalam sistem kesehatan Indonesia, tapi juga memperkuat jaringan antar para profesional kesehatan dan peneliti untuk kerjasama masa depan.

Acara ini menandai langkah penting dalam upaya kolaboratif untuk mengembangkan solusi berkelanjutan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan primer di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan yang dibawa oleh perubahan iklim dan krisis kesehatan global.

Dalam sesinya, pemateri pertama, Ina menegaskan bahwa, dalam konteks penanggulangan krisis dan bencana, Puskesmas memainkan peran penting baik sebelum, selama, maupun setelah terjadinya bencana. Puskesmas mendukung upaya pengurangan risiko dengan mengelola bahaya yang terkait dengan kesehatan, seperti penyakit dan kesehatan lingkungan.

“Mereka juga berperan dalam mencegah bencana non-alam dan mendukung perdamaian di daerah konflik. Puskesmas bertugas meningkatkan status kesehatan masyarakat dan kapasitasnya dengan melakukan kajian risiko, membuat perencanaan yang terintegrasi dengan wilayah, menyusun SOP, membentuk tim medis darurat, dan bekerja sama dengan stakeholder terkait,” bebernya.

Selama respons darurat, Puskesmas menjadi bagian dari kluster kesehatan dan harus tetap dapat diakses, aman, dan berfungsi pada kapasitas maksimum. Mereka harus siap dimobilisasi ke lokasi terdampak dan tetap melayani pelayanan kesehatan esensial.

Sedangkan pemateri kedua, Rian menyoroti bahwa dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, Indonesia telah mengadopsi kerangka kerja WHO untuk sistem kesehatan yang tangguh dan rendah karbon. Sebagai bagian dari upaya ini, Permenkes 2/2023 tentang kesehatan lingkungan telah memasukkan sepuluh langkah strategis yang mencakup transformasi sistem kesehatan, kepemimpinan dan tata kelola, tenaga kerja kesehatan, dan sistem informasi kesehatan.

“Puskesmas dan dinas kesehatan telah terlibat dalam penilaian risiko, pemantauan, sistem peringatan dini, penelitian iklim, dan penyampaian layanan, termasuk persiapan untuk keadaan darurat terkait iklim dan pengelolaan faktor lingkungan yang menentukan kesehatan,” sebutnya.

Knowledge Sharing yang rutin dilaksanakan satu bulan sekali oleh project Core Step ini berlangsung dalam durasi 1 jam, dan menyedot perhatian peserta mencapai 70 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Informasi lebih lanjut terkait project corestep dapat mengunjungi https://core-step.corescience.id.