Universitas Syiah Kuala (USK) memperingati 18 tahun tsunami Aceh dengan seminar internasional. Bersama Arsip Nasional RI (ANRI) serta dihadiri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Abdullah Azwar Anas, kegiatan tersebut terlaksana sejak 13-14 Desember 2022 di AAC Dayan Dawood.
Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan mengatakan, arsip sangat penting tidak hanya pada satu peristiwa itu saja, tetapi ada banyak pelajaran dari sebuah peristiwa untuk kemudian dihadapi dan bagaimana menyikapinya.
“Peristiwa tsunami yang terjadi tahun 2004 sangat banyak korban. Tahun ini dengan kehadiran antara USK-ANRI sepakat melaksanakan seminar internasional. Mudah-mudahan menjadi bahan transfer pengetahuan untuk generasi mendatang,” kata Prof Marwan.
Seminar internasional yang berlangsung di USK tersebut diikuti oleh seluruh negara ASEAN. ‘Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter’ merupakan tema yang diangkat pada kegiatan itu.
“USK punya komitmen yang besar terhadap kebencanaan. Pasca tsunami, pada tahun 2006, USK telah membentuk TDMRC sebagai pusat knowledge kebencanaan. Kemudian juga membuka S2 Ilmu Kebencanaan,” tutur Rektor.
Kepala ANRI, Drs. Imam Gunarto, M.Hum menyampaikan pentingnya penguatan arsip tsunami serta memperluas jangkauannya. Karena itu, seminar internasional ini dinilai sangat penting. Sebelumnya, tahun 2019 bekerjasama dengan USK dan Pemerintah Aceh, seminar serupa juga telah dilakukan namun skalanya nasional karena pandemi.
“Tahun ini alhamdulillah (skalanya) internasional, artinya meningkat. Dihadiri sebanyak 200 peserta luring, dan lebih 1000 peserta yang mendaftar secara virtual. Kami akan menggali arsip tsunami Samudra Hindia. Kami mengundang para ahli, termasuk dari Jepang,” sebut Kepala ANRI.
Tidak hanya itu, malam harinya kegiatan tersebut berlanjut dengan spesial meeting guna membahas kearsipan. Lalu melakukan kunjungan kebudayaan ke museum tsunami, kapal apung, TDMRC USK, dan dilanjutkan persemian pojok baca digital kerja sama dengan Perpusnas.
Sementara itu, Menpan-RB, Abdullah Azwar Anas di kesempatan yang sama, mengajak semua peserta untuk melakukan moment of silent, untuk mendoakan korban tsunami Aceh yang telah terjadi 18 tahun lalu.
“Arsip tsunami sangat penting. Seminar ini elemen penting dalam rangka mengabadikan dokumen penting. Saya senang sekali bisa berkunjung ke USK dan keramahtamahan, ini modal Aceh untuk maju sejajar dengan provinsi lain,” ucap Menpan-RB.
Salah satu hikmah dari peristiwa tsunami, menurutnya adalah pentingnya mitigasi bersama. Selain itu, ia memuji kolaborasi kampus berjuluk Jantong Ate Rakyat Aceh dengan ANRI, sehingga peristiwa dunia menjadi memori kolektif bersama yang mendunia.
“Atas pengakuan UNESCO dengan menjadikan tsunami sebagai memory of the world, berarti pengakuan keberhasilan pemerintah dalam pengelolaan arsip dalam kearsipan dunia. Ini juga merupakan bentuk soft diplomasi atau culture diplomasi,” jelas Azwar Anas.