Suasana dialog “Konsep dan Strategi Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh” sedikit berbeda. Kehadiran artis nasional yang juga keturunan Aceh, Teuku Wisnu memberi semangat bagi peserta seminar. Teuku Wisnu yang pada hari ini dipercayakan memoderatori dialog hangat yang diisi pemateri dari Yaman, As-Syaikh Utsman As-Salimi dan As-Syaikh Dzulqarnain M.Sunusi dari Makasar, di ruang Balai Senat, Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Senin (10/8).
Pembantu Rektor Unsyiah, Dr.Alfiansyah Yulianur yang menggantikan Rektor Unsyiah dalam kesempatan tersebut memaparkan bahwa Aceh selama ini telah menjadi model bagi Indonesia. Seperti adanya Majelis Permusyarawatan Ulama (MPU) dapat menjadi contoh bagi adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Hadirnya penerapan syariat Islam di Aceh, semoga mampu memberikan contoh penerapan bagi daerah-daerah lain di negara ini”.
Pemberlakuan syariat Islam kiranya perlu dukungan semua pihak. Tidak hanya cendekiawan muslim, namun pemerintah perlu memberi respon yang lebih terhadap keeksistensian penerapan syariat secara menyeluruh.
“Zaman rasulullah sudah bergelat penerapan syariat Islam. Pemerintah harus mengedepankan syariat dalam setiap aktivitasnya,” ujar Syeikh Usman dalam dialog tersebut.
Katanya lagi, penerapan syariat adalah menghindarkan azab Allah. Saling kasih sayang kepada sesama, memberikan masing-masing pihak akan haknya. Beliau juga mengisahkan, pada masanya Rasulullah juga menegaskan akan memotong tangan anaknya Fatimah jika kedapatan mencuri.
Sementara itu, Zulqarnain selaku pemateri kedua memaparkan bahwa agama mengajarkan kepada kehidupan yang berpedoman pada Al quran. Ujarnya, satu produk hukum yang ditegakkan, seolah-olah menghidupkan seluruh manusia.
“Kekuatan tegaknya sebuah negara ada dua, dari ilmu ulama dan kekuasaan pemerintah. Keduanya jika bersinergi akan mampu membangun daerah yang makmur harus saling tolong menolong. Kita juga diwajibkan mengikuti pemerintah, namun pemerintah juga perlu mengakui kehadiran ulama”.
Teuku Wisnu yang memoderatori dialog tersebut juga ikut berkomentar bahwa penerapan syariat Islam di Aceh harus mampu menjadi model bagi daerah lain.
“Carut marutnya sebuah negeri, karena jauh dari kehidupan beragama. Mari bersama-sama kita berharap agar langkah kita ini diridhai oleh-Nya”.
Selain dari Unsyiah, banyak pihak yang hadir dalam kesempatan itu. Alyasa Abu Bakar, cendekiawan muslim, Rektor Unmuha Aceh, Wakil Rektor UIN Ar-Raniry, Perwakilan POLDA Aceh, Perwakilan Kejaksaan Tinggi Aceh, Perwakilan Lembaga Pemasyarakatan Aceh dan pejabat dari dinas-dinas terkait. [mr]