Sejumlah mahasiswa dari jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik-Universitas Syiah Kuala (JAPFT-USK), melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) USK Unggul. Dalam kegiatan tersebut, mereka berupaya mengungkap potensi wisata sejarah dan alam di kawasan Gunung Seulawah.
Kegiatan MBKM USK Unggul ini mendapat dukungan dari LP2M dan LP3M USK, Pemerintah Kabupaten Aceh Besar serta jaringan mitra. Di mana dalam kegiatan tersebut, mereka melaksanakan program MBKM pada lima gampong dalam dua kecamatan di Aceh Besar.
Kelima Gampong tersebut adalah Gampong Pulo dan Lamteubadroe di Kecamatan Seulimeum serta Gampong Saree Aceh, Sukadamai dan Lamtamot di Kecamatan Lembah Selawah.
Kelima gampong ini merupakan gampong yang terdekat dengan Gunung Seulawah. Tema yang diusung dalam kegiatan MBKM @Seulawah ini adalah “Literasi Digital untuk Pembangunan Gampong”
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Hibah Kedaireka Matching Fund, berjudul Museum Digital Gunung Seulawah sebagai Katalis Pelestarian Lingkungan dan Pengembangan Kawasan Seulawah Aceh Besar yang diketuai oleh Dr. Sylvia Agustina.
Program MBKM sejatinya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara aktif di luar kampus. MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berguru kepada profesional dari Indonesia dan negara lain dengan mengkombinasi pembelajaran luring dan daring.
Peserta juga mendapat kesempatan belajar langsung dari masyarakat dan alam sesuai dengan tujuan utama program Museum Digital yaitu membangun platform digital untuk pelestarian lingkungan dan pengembangan Kawasan Seulawah yang merupakan pusaka alam Aceh dan dunia yang selama ini belum mendapat perhatian dan perlindungan yang semestinya.
Peserta MBKM @Seulawah yang terdiri dari 10 mahasiswa dari Prodi Arsitektur dan 20 orang mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Mereka mengikuti berbagai pembekalan dan pelatihan terkait pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan kawasan.
Lalu mereka diberi materi mengenai isu spasial dan perencanaan wilayah, teknik penggunaan drone dan produksi dokumentasi alam dan budaya dengan teknologi video 360 derajat dan realitas virtual (virtual reality atau VR). Mereka juga mendapat pembekalan tentang pendampingan masyarakat dan teknik menggali informasi dari internet termasuk dari database Aceh di Belanda.
Setelah mendapatkan pembekalan mahasiswa kemudian tinggal di lokasi bersama masyarakat selama sebulan. Dalam masa tinggal ini, mereka melakukan riset tematik tentang Seulawah yang mencakup topik sejarah kawasan, perencanaan spasial, bangunan bersejarah, pariwisata dan lainnya.
Selain itu mereka juga melakukan advokasi pelestarian lingkungan Seulawah serta memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang literasi digital seperti bagaimana mengenali hoax, bagaimana mengemas info potensi desa secara digital, juga sosialisasi tentang pemanfaatan website gampong untuk perencanaan. Mahasiswa juga melakukan reboisasi pada wilayah sesuai kebutuhan gampong.
Dengan bimbingan tim dosen, berbagai penelitian mahasiswa telah mengungkap adanya potensi wisata sejarah yang selama ini belum dikembangkan. Salah satunya di Lamtamot yang ternyata memiliki peninggalan sejarah transportasi kereta api Aceh masa kolonial Belanda berupa jalur kereta api, jembatan kereta api, stasiun dan rumah kepala stasiun.
Kondisi potensi saat ini tersamar di antara bangunan lain di sekitarnya. Dengan selesainya Jalan Tol Sibanceh di dekatnya, potensi ini sangat baik untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata alam Seulawah dan wisata sejarah perkeretaapian untuk melengkapi Situs Gunung Biram di dekatnya, yang sudah terlebih dahulu menjadi situs bersejarah kabupaten.
Di bagian kawasan Seulawah lainnya yaitu di Lamteuba ternyata terdapat peninggalan mesjid khas arsitektur masa lalu. Mesjid berukir indah ini sekarang dalam kondisi terlantar di belakang komplek madrasah. Selain masjid bersejarah, terdapat juga kelompok rumah tradisional.