Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Cut Mirna Rita mengenalkan metode pembelajaran BCCT (Beyond Centers and Circle Time) untuk menunjang pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang holistic sehingga mampu menstimulasi kecerdasan anak. (Banda Aceh, 25 April 2022).
Cut Mirna Rita, yang merupakan mahasiswa jurusan PG-PAUD pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USK tersebut mengenalkan metode pembelajaran ini di Raudhatul Athfal Indah Sari.
“BCCT dianggap paling ideal diterapkan di tanah air. Selain tidak memerlukan peralatan yang banyak, tetapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan,” ucapnya.
Cut Mirna menjelaskan, metode BCCT atau metode Sentra adalah suatu pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang bertujuan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak), melalui kegiatan bermain yang terarah. Di mana seluruh proses pembelajaran berpusat pada anak.
“Metode pembelajaran BCCT menfasilitasi anak agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya,” ujarnya.
Adapun tahap pelaksanan metode BCCT meliputi tahap persiapan seperti pelatihan, pemagangan, persiapan: tempat dan APE, jenis sentra, catatan perkembangan siswa dan kelompok belajar, dan sosialisasi untuk orang tua.
Lalu tahap pelaksanaan pada proses pembelajaranya yaitu penataan lingkungan main, penyambutan siswa, main pembukaan, transisi, kegiatan inti: pijakan pengalaman sebelum, selama, dan sesudah main.
Selanjutnya tahap evaluasi yaitu evaluasi program dan kemajuan perkembangan siswa. Cut Mirna menilai, tujuan utama penerapan pada pembelajaran BCCT ini adalah memberi kesempatan kepada semua anak untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Agar terlaksana dengan baik, anak disiapkan ragam main dalam sentra-sentra dan anak bebas memilih ragam main yang diinginkan.
Metode BCCT diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple inteligent) melalui bermain yang terarah. Pada metode ini, setting pembelajaran mampu merangsang anak untuk saling aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalaman sendiri.
“Metode pembelajaran ini jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam yang menghendaki murid untuk mengikuti perintah, meniru, atau menghapal,” pungkasnya.