Universitas Syiah Kuala (USK) bersama tiga kampus lainnya yang ada di Aceh, ingin berkontribusi nyata dalam menggerakkan ekonomi desa, serta ikut terlibat dalam penanggulangan stunting. Hal ini terungkap dalam pembekalan KKN Kolaborasi dan Reguler XXI, yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood. (Banda Aceh, Jumat 27 Mei 2022)
Wakil Rektor I USK, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si dalam arahannya mengatakan, kegiatan KKN merupakan perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Karena itu, keberadaan mahasiswa di desa idealnya bisa menjadi solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat.
“Tugas mahasiswa sebagaimana tema KKN kali ini, salah satunya ialah menggerakkan ekonomi kerakyatan. Momentum KKN Kolaborasi ini, kelak akan menjadi KKN berbasis kawasan,” kata WR I USK.
Tahun ini, ‘Pengembangan Potensi Green Economiy dan Masyarakat Bebas Stunting’ adalah tema KKN yang diusung. Oleh sebab itu, Prof. Agussabti berharap mahasiswa KKN serius bekerja sama dengan masyarakat setempat dan meninggalkan manfaat yang nyata.
Kisah mahasiswa Aceh, Kasim Arifin yang monumental menjadi inspirasi bagi generasi baru. WR I berpesan, meskipun Kasim Arifin telah tiada, namun keteladanannya masih terus hidup. Generasi baru, harusnya mampu melakukan hal senada bahkan melampaui yang bersangkutan.
“Kita berharap, di setiap KKN yang berlangsung dapat melahirkan Kasim Arifin yang baru. Simbol nyata dari pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk masyarakat. Selama KKN, optimalkan potensi green economy daerah setempat,” tutur Prof. Agussabti.
Sementara itu, Ketua P3KKN USK, Drs. Zulfitri, M.Biomed dalam sambutannya menyampaikan, KKN Kolaborasi ini diikuti oleh USK, Unimal, UTU dan Unsam. Dengan jumlah peserta lebih 3000-an. KKN ini sebarannya meliputi tiga kabupaten: Aceh Besar, Bener Meriah, dan Aceh Tengah.
“Ini merupakan sejarah, KKN kolaborasi pertama di Aceh. Sekaligus KKN akbar yang menjadi medium silaturahmi antara akademisi dengan masyarakat,” ungkap Zulfitri.
Untuk diketahui, di hari terakhir pembekalan KKN Kolaborasi, Dewan Pengawas BRIN, Tri Mumpuni Wiyatno didapuk sebagai pemateri utama.