Universitas Syiah Kuala berhasil meraih penghargaan tingkat nasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada malam penganugrahan program pendampingan perguruan tinggi untuk desa wisata. Penghargaan tersebut diterima oleh Dosen FMIPA Unsyiah Muslim Amiren di Hotel Raffles. (Jakarta 2 Desember 2020).
Malam penganugrahan tersebut turut dihadiri 20 perwakilan perguruan tinggi pendamping dari seluruh Indonesia dan desa dampingannya. Di mana Unsyiah berhasil membawa pulang piagam dan sertifikat penghargaan 14 Besar Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 dengan desa dampingan: Desa Wisata Nilam Ranto Sabon, Kecamatan Sampoinet, Aceh Jaya.
Wakil Rektor IV Unsyiah Dr. Hizir mengatakan, Unsyiah sangat bersyukur dan bangga atas penghargaan dari Kemenparekraf ini. Prestasi ini adalah bukti nyata bahwa perguruan tinggi dan masyarakat Aceh secara umum bisa bergerak secara sinergis untuk pembangunan desa.
“Untuk itulah, Kami berharap program ini dapat terus dilanjutkan, dan kami memberi apresiasi terbaik kepada tim pengembangan Desa Wisata Nilam Unsyiah,” ucapnya.
Selain itu, Hizir menilai penghargaan ini merupakan hadiah yang manis bagi Unsyiah sebelum menutup tahun 2020 ini. Ia pun berharap, pencapaian ini bisa semakin memotivasi civitas Unsyiah untuk terus berinovasi.
Koordinator lapangan Desa Wisata Nilam Ranto Sabon, Friesca Erwan menjelaskan, program pendampingan ini dimulai dengan pengajuan proposal oleh 109 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Lalu dilanjutkan kegiatan training of trainer dan realisasi program pendampingan tersebut.

Setelah itu, perguruan tinggi wajib melampirkan laporan kegiatan yang kemudian akan diseleksi oleh tim juri menjadi dua puluh program pendampingan terbaik. Pada 22 November 2020, dua dewan juri beserta perwakilan Kemenparekraf melakukan monev ke desa Ranto Sabon.
“Hasil visitasi inilah yang menjadi dasar keberhasilan Unsyiah meraih penghargaan dari Kemenparekraf tersebut,” ucap Dosen Teknik Industri Unsyiah ini.
Untuk itulah, Friesca juga menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kerja keras dari Tim Pendamping Perguruan Tinggi Desa Wisata Nilam Unsyiah. Mengingat semua proses ini dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.
“Berkat kerjasama antara perguruan tinggi, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah kita berhasil masuk 14 terbaik nasional,” ucapnya.
Ketua Atsiri Research Center (ARC) Unsyiah Dr. Syaifullah Muhammad menjelaskan, Ranto Sabon adalah salah satu desa yang telah didampingi oleh Pusat Unggulan Iptek Atsiri Research Centre (PUI-ARC) Unsyiah sejak tahun 2019, dalam program pengembangan ekonomi masyarakat melalui budidaya nilam.
Menurutnya, jika merujuk roadmap pengembangan industri nilam Aceh, maka pengembangan desa Ranto Sabon sebagai Desa Wisata Nilam sudah tepat waktunya untuk direalisasikan.
“Ini akan menjadi desa pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berfokus pada budidaya dan edukasi Nilam,” ucapnya.
Penghargaan ini pun mendapat respon positif dari masyarakat Ranto Sabon. Keuchik Ranto Sabon Nasruddin mengatakan, plakat penghargaan ini akan ia bawa pulang sebagai tanda kebanggaan dan motivasi masyarakat Ranto Sabon.
“Semoga masyarakat lebih yakin dan mau berusaha untuk mewujudkan dan melaksanakan program desa wisata ini. Terima kasih banyak kepada dosen Unsyiah, Pemerintah Daerah Aceh Jaya, dan semua masyarakat yang terlibat,” ucapnya.