Universitas Syiah Kuala (USK) resmi menutup rangkaian The 15th Annual International Conference (AIC) 2025 melalui acara Gala Dinner & Closing Ceremony di Aula Utama AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Jumat malam (5/9/2025).
Direktur Sekolah Pascasarjana USK, Prof. Dr. Hizir, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas keberhasilan penyelenggaraan AIC 2025. Selama dua hari konferensi, para peserta telah berbagi pengetahuan, berdiskusi, dan menjalin kolaborasi baru yang semakin memperkuat tema konferensi tahun ini, “Innovating Together for a Sustainable Future: Green Technologies and Circular Economy in Action.”
Menurutnya, AIC bukan hanya forum akademik, tetapi juga wadah lahirnya inovasi, persahabatan, dan jejaring kolaborasi yang bermanfaat luas. Selama 15 tahun terakhir, AIC telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya di Aceh dan Indonesia, tetapi juga di tingkat global.
“Tahun ini, kolaborasi semakin terasa karena AIC diselenggarakan bersamaan dengan tiga konferensi internasional lainnya. Ini bukti bahwa USK semakin dipercaya menjadi pusat pertemuan akademik dunia,” ungkap Prof. Hizir.
Melalui AIC 2025, USK kembali menegaskan perannya sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen pada inovasi, kolaborasi global, dan pembangunan berkelanjutan. Rangkaian kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan ide-ide segar, mempererat jejaring akademik, serta menghadirkan kontribusi nyata bagi dunia.
Selanjutnya, Prof. Hizir juga mengajak para tamu internasional untuk menikmati keindahan dan kekayaan budaya Aceh selama berada di Banda Aceh.
“Kami berharap para tamu berkenan mencicipi kopi Aceh, kuliner khas, menikmati tradisi budaya, hingga berkunjung ke Sabang. Semoga pengalaman ini semakin mempererat ikatan persahabatan kita,” tambahnya.
Kesan dan pesan dari peserta AIC turut mewarnai kegiatan ini. Salah satunya pembicara internasional, Prof. Ghazi Walid-Falah dari Kanada. Ia memberikan apresiasi tinggi terhadap peran USK dalam memajukan kolaborasi akademik lintas disiplin. Menurutnya, konferensi di Aceh ini sangat berbeda dibandingkan dengan konferensi di tempat lain.
“Perbedaannya bukan terletak pada venue, acara, ataupun pesertanya, melainkan pada soul atau jiwa yang terasa begitu khas. Dan menurut saya, satu hal yang paling menarik adalah makanan Aceh yang ternyata luar biasa pedas,” ujar Prof. Ghazi.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Prof. Dr. Mudatsir, M.Kes mengapresiasi kinerja panitia atas sukses acara AIC ke 15 ini mulai dari masa persiapan, pelaksanaan dan diakhiri dengan acara gala dinner. Ketua dan Wakil Ketua LPPM serta Ketua Panitia AIC ke-15 Prof. Dr. M. Faisal, ST., M.Eng. menyerahkan sertifikat kepada presenter terbaik untuk masing-masing bidang, yaitu bidang Science Engineering (SE), Environment and Live Science ELS) dan Social Science (SS).
Momentum ini juga menjadi ajang apresiasi bagi peserta konferensi. Panitia mengumumkan penghargaan untuk presenter terbaik, yang dinilai memberikan kontribusi penting dalam diskusi akademik.
Suasana kebersamaan semakin hangat dengan penampilan tari Rapai Geleng dari Sanggar Tari Wareh Budaya, yang memperkenalkan kekayaan seni tradisi Aceh kepada para tamu internasional. Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama seluruh peserta, panitia, dan tamu undangan.
Acara penutupan ini turut dihadiri oleh pimpinan USK, jajaran senat, para dekan, serta keynote dan invited speakers dari berbagai negara. Kehadiran peserta konferensi dan tamu undangan, ditambah suguhan seni budaya Aceh, menjadikan malam penutupan AIC 2025 penuh kehangatan dan kemeriahan.